Selasa, 02 Maret 2010

DEPRESI

Depresi

depresi adalah penyakit suasana hati yang lebih dari sekadar rasa sedih atau dukacita, yang disebabkan pelbagai faktor: terjadi perubahan dalam kehidupan sehari-hari, perubahan kimia dalam otak, efek samping penggunaan obat, dan beberapa penyakit fisik. Ditenggarai, terjadinya perubahan dalam hidup seperti mendadak terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), tertimpa musibah, ditinggalkan oleh pasangan hidup atau anggota keluarga, dan mengalami penyakit mematikan seperti kanker, memicu terjadinya depresi.
Ini adalah pertanda orang yang sedang mengalami depresi, kerap murung, merasa sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, mendadak enggan bekerja, tidak percaya diri, susah berkonsentrasi, dan daya tahan tubuh berkurang
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO). Diperkirakan 121 juta manusia di muka bumi, menderita depresi. Kebanyakan dari mereka berada dalam usia produktif, yakni kurang dari 45 tahun. Bahkan, pada tahun 2020, kasus depresi diperkirakan menempati urutan kedua ganguan kesehatan global.
Sayangnya, banyak penderita yang tidak menyadari bahwa kondisi psikisnya tengah terserang depresi. Akibatnya, gejala-gejala depresi itu akan terakumulasi dan bisa melahirkan tindak yang menyimpang, seperti kekerasan. Warga perkotaan, rentan terhadap serangan depresi. Ini karena di dalam berbagai aktivitas, warga urban kerap bersinggungan dengan pelbagai pemicu stres, mulai dari macet, tekanan pekerjaan, konflik dengan orang sekitar, dan lain-lain.
Penderita depresi dapat ditolong dengan obat-obatan anti depresan, untuk membantu pola hidupnya kembali normal. Sebab, banyak penderita depresi yang mengalami gangguan dalam pola tidur. Ada yang waktu tidurnya menjadi jauh lebih berkurang, sebaliknya, ada juga yang terus-menerus tertidur. Selain itu, ada penderita depresi yang tiba-tiba mengkonsumsi makanan dengan berlebihan, dan ada juga yang sama sekali tidak mempunyai nafsu makan. Selama mengidap depresi, penderita dilarang untuk mengkonsumsi minuman alkohol dan zat psikotropika. Pasalnya, kandungan dalam alkohol dan zat psikotropika, bisa meningkatkan gejala depresi.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penderita depresi, produsen obat juga berlomba-lomba memproduksi obat anti depresan. Efek dari penggunaan obat ini, pengguna kerap mengantuk, padahal ada banyak penderita depresi yang masih giat beraktivitas meski mentalnya sedang terganggu. Dampak lain, penderita depresi kerap terserang diare dan gatal-gatal. Agar depresi bisa segera dituntaskan, penderita harus mengkonsumi obat selama dua tahun tanpa jeda.
Obat anti depresan bekerja dengan cara menormalkan kembali ketidakseimbangan unsur kimia dalam otak. Ini karena, pengidap depresi mengalami ketidakseimbangan unsur kimia dalam otak. Yakni, menderita kekurangan hormon serotonin. Selain penggunan obat, penderita depresi juga bisa mengikuti pelbagai terapi seperti inner healing. Melalui terapi ini, penderita diajak untuk mengenali pelbagai pencetus dari depresi yang dideritanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar